BELAJAR ADALAH KEWAJIBAN

Thursday, January 5, 2017

TEORI PERMINTAAN UANG

BAB I
PENDAHULUAN


A.       LATAR BELAKANG
Uang merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari, menurut Iswardono Sardjono “Bahwa uang itu merupakan darahnya perekonomian, dimana mekanisme perekonomian berdasarkan lalulintas barang dan jasa dan semua kegiatan ekonomi akan memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai tujuan.[1]
Jika ditinjau dari proses terjadinya uang, proses awalnya uang itu hanyalah berwujud seperti barang, dan sangat disukai oleh semua manusia tetapi jumlahnya sangat sedikit atau terbatas. Dengan perubahan peradaban, dan munculnya sebuah lembaga, sehingga menentapkan, menentukan dan mengeluarkan alat penukaran  (uang ) dalam bentuk ukuran, berat dan bahan tertentu.
Pada awal penggunaannya, emas dan perak sebagai alat tukar, emas dan perak digunakan dalam bentuk cair yang membutuhkan timbangan. Hal tersebut lama-lama terasa merepotkan. Kesulitan ini akhirnya teratasi dengan dikenalkannya koin (uang logam). Pada masing-masing koin dicantumkan berapa nilai koin tersebut yang disebut nilai nominal.[2]
Uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar menukar dan perdagangan. Maka uang didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar atau perdagangan. Sejarah uang sangat berhubungan dengan sejarah peradaban manusia. Semenjak manusia memulai peradabannya dan keluar dari “zaman batu”, mereka telah menciptakan berbagai bentuk barang yang digunakan sebagai alat perantara dalam tukar menukar.[3]
Manurut Robertson, uang adalah segala sesuatu yang dapat diterima umum sebagai alat pembayaran barang-barang. Sedangkan menurut Albert Gailort Hart, uang adalah kekayaan dengan nama pemiliknya yang dapat melunaskan hutangnya dalam jumlah tertentu pada waktu itu juga.
Pengertian uang secara umum adalah sesuatu yang dapat diterima oleh semua masyarakat sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang, atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Dengan kata lain, uang merupakan suatu alat yang dapat digunakan dalam wilayah tertentu.[4]
Jadi segala sesuatu yang sudah memenuhi definisi uang di atas dapat dianggap sebagai uang, apakah uang terbuat dari logam, kertas ataupun dari benda lainnya, bilamana uang sudah diterima oleh umum (masyarakat) sebagai alat tukar penukar, satuan nilai dan sebagai alat penyimpan kekayaan, maka kita anggap sebagai uang.[5]
Dalam ekonomi uang memiliki tiga fungsi yaitu: sebagai alat tukar, satuan hitung dan penyimpan nilai, dan tiga fungsi inilah yang membedakan uang dengat aset yang lainnya. Sebagai medium of change, uang berarti sesuatu yang diberikan  oleh pembeli kepada penjual ketika mereka membeli barang dan jasa. Sebagai unit of account,  uang berperan sebagai ukuran untuk menetapkan harga dan mencatat tagihan, sebagai store of value uang digunakan untuk mentransfer daya beli dari masa sekarang ke masa depan.[6]
Defenisi tentang uang telah dikemukan oleh beberapa orang ahli dalam teori mereka masing-masing. Perbedaan defenisi tersebut didasarkan pada masing-masing motif permintaan uang. Uang juga berdasarkan pada tingkat likuiditas dari aktiva-aktiva finansial, karena aspek uang yang terpenting adalah likuiditasnya yaitu tingkat kemudahan suatu aset untuk diubah menjadi alat pertukaran dalam perekonomian[7].





B.        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.     Bagaimana teori Permintaan Uang Klasik?
2.     Bagaimana teori Permintaan Uang Keynes ?

C.       Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.     Untuk mengetahui teori Permintaan Uang Klasik
2.     Untuk Mengetahui Teori Permintaan uang Keynes
Selain menjawab dari rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ekonomi makro.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Permintaan Uang Klasik
Teori permintaan uang Klasik atau yang sering disebut dengan teori sebelum Keynes dimana permintaan ini selalu dalam keadaan seimbang[8], bermula dari teori tentang jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (teori kuantitas uang). Teori ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan tentang alasan seseorang menyimpan uang dalam bentuk kas, namun lebih pada peranan uang dalam perekonomian.[9] Teori ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan dan penawaran akan uang, beserta interaksi antara keduanya. Fokus dari teori ini adalah pada hubungan antara penawaran uang atau jumlah uang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan dua variable dijabarkan lewat konsepsi teori mengenai permintaan akan uang. Teori permintaan uang klasik (sebelum Keynes) diantaranya teori permintaan uang Irving Fisher dan Teori permintaan uang Cambridge.[10]

1.   Teori Irving Fisher
Menurut Irving Fisher dalam bukunya Transaction Demand Theory of the Demand for Money, uang merupakan sebagai alat pertukaran. Menurutnya, apabila terjadi transaksi antara penjual dan pembeli maka terjadi pertukaran antara uang dengan barang/jasa, sehingga nilai uang akan sama dengan nilai barang/jasa tersebut. Sehingga dapat dituliskan seperti berikut:[11]
                                 MV  =   PT                                             

Ket :
M= Jumlah uang beredar
V= Cepatnya peredaran uang
P= Tingkat harga umum dalam jangka pendek
T= Jumlah barang yang diperdagangkan atau volume barang yang diperdagangkan
Dalam setiap transaksi selalu ada pembeli dan penjual. Jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli harus sama dengan uang yang diterima oleh penjual. Hal ini berlaku juga untuk seluruh perekonomian, didalam suatu periode tertentu nilai dari barang-barang atau jasa-jasa yang dibeli harus sama dengan nilai dari barang yang dijual. Nilai dari barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) dikalikan harga rata-rata dari barang tersebut (P). Dilain pihak nilai dari barang yang ditransaksikan ini harus sama dengan volume uang yang ada dimasyarakat (M) dikalikan berapa kali rata-rata uang bertukar dari tangan satu ke tangan yang lain, atau rata “perputaran uang”, dalam periode tersebut (Vt). MVt = PT adalah suatu identitas, dan pada dirinnya bukan merupakan suatu teori moneter. Identitas ini bisa dikembangkan, seperti oleh Fisher, menjadi teori moneter sebagai berikut:
Vt, atau “transaction velocity of circulation” adalah suatu variable yang ditentukan oleh faktor-faktor kelembagaan yang ada didalam suatu masyarakat, dan dalam jangka pendek bisa dianggap konstan. T, atau volume transaksi, dalam periode tertentu ditentukan oleh tingkat output masyarakat (pendapatan nasional). Identitas tersebut diberi “nyawa” dengan mentransformasikannya dalam bentuk:
Md = 1/Vt PT ……………….(2)
Permintaan atau kebutuhan akan uang dari masyarakat adalah suatu proporsi tertentu 1/Vt dari nilai transaksi (PT). Persamaan 2, bersama dengan persamaan yang menunjukkan posisi equilibrium di sektor moneter Md = Ms
Dimana Ms = supply uang beredar (yang dianggap ditentukan oleh pemerintah) menghasilkan Ms = 1/Vt PT…………………(3)
Persamaan (3) berbunyi: dalam jangka pendek tingkat harga umum (P) berubah secara proporsional dengan perubahan uang yang diedarkan oleh pemerintah. Dalam teori ini T ditentukan oleh tingkat output equilibrium masyarakat, yang untuk Fisher dan para ahli ekonomi Klasik, adalah selalu pada posisi “full employment” (Hukum Say atau Say’s Law). Vt atau transaction velocity of circulation, Fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang timbul dari penggunaan uang dalam proses transaksi. Besar-kecilnya Vt ditentukan oleh sifat proses transaksi yang berlaku di masyarakat dalam suatu periode.[12]

Contoh Soal dalam menghitung kecepatan peredaran Uang
Pada suatu hari, perusahaan A dan Perusahaan Z membuat kesepakatan perdagangan dengan transaksi sebesar Rp.100.000.000,- jika jumlah uang yang beredar Rp.10.000.000,- berapa kecepatan peredaran uang ?

Jawaban
MV = PT, Maka
V=
=
= 10
Maka kecepatan peredaran uang  adalah 10 kali.

2.   Teori Cambridge
Perwakilan kaum Cambrige yaitu Marshall dan Pigou berpendapat uang merupakan alat penyimpan kekayaan (store of wealth) dan bukan sebagai alat pembayaran. Menurut Cambridge bahwa permintaan uang tunai dipengaruhi oleh tingkat bunga, jumlah kekayaan yang dimiliki, harapan tingkat bunga dimasa yang akan datang dan tingkat harga. Namun dalam jangka pendek faktor-faktor tersebut bersifat konstan atau berubah secara porposional terhadap pendapatan, jadi mereka menyatakan bahwa keinginan seseorang untuk memegang uang tunai secara nominal adalah porposional terhadap pendapatan nominal.[13]
Teori Cambridge lebih menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung-rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya. Teoritisi Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor kelembagaan (Fisher), juga dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan ramalan/harapan dari masyarakat mengenai masa mendatang.
Dalam teori Cambridge, permintaan uang dirumuskan dengan:[14]
M4 = k.Y

Dimana
M4 = Jumlah Permintaan Uang
k    = Konstanta yang menunjukkan persentase jumlah uang tunai yang dipegang terhadap pendapatan
Y   = pendapatan nominal.
Teori permintaan uang menurut Fisher didasarkan pada pendekatan transaksi (transaction approach) sedangkan teori permintaan uang menurut Cambridge didasarkan kepada pendekatan kebutuhan masyarakat memegang uang tunai (cash balance approach).[15] Perbedaan ini cukup penting, karena teori Cambridge tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor seperti tingkat bunga dan expectation berubah, walaupun dalam jangka pendek. Dan kalau faktor-faktor berubah maka (k) juga berubah. Teori Cambridge mengatakan kalau tingkat bunga naik, ada kecenderungan masyarakat mengurangi uang yang ingin mereka pegang, meskipun volume transaksi yang mereka rencanakan tetap. Demikian juga factor expectation mempengaruhi mempengaruhi, seandainya masa datang tingkat bunga akan naik (yang berarti penurunan surat berharga atau obligasi) maka orang akan cenderung untuk mengurangi jumlah surat berharga yang dipegangnya dan menambah jumlah uang tunai yang mereka pegang.[16]

B.     Teori Permintaan Uang Keynes
Menurut J. M. Keynes, orang senang memegang uang secara tunai karena tiga alasan, yaitu: motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi.[17]

1.     Motif Transaksi (Transactional Motive)
Orang memegang uang untuk memenuhi dan melancarkan transaksi-transaksi yang dilakukan dengan orang lain. Permintaan akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh pendapatan nasional dan tingkat bunga. Semakin besar pendapatan nasional, semakin besar pula transaksi yang dilakukan masyarakat dan semakin besar pula kebutuhan akan uang untuk memenuhi tujuan transaksi tersebut.[18]
Tujuan masyarakat memegang uang tunai dengan tujuan untuk mempermudah melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Keynes, permintaan uang untuk transaksi memiliki hubungan positif dengan pendapatan, semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi pula keperluan uang untuk transaksi.
 












Pada saat pendapatan sebesar Y0, permintaan uang untuk transaksi sebanyak M0. Dan pada saat pendapatan naik menjadi Y1, permintaan uang untuk transaksi sebanyak M1.
Bila seseorang digaji dalam harian, maka ia akan memegang uang  lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang menerima gaji bulanan. Menurut Keynes, Orang rata-rata akan memegang uangnya sebesar   Y/2. apabila ia menerima gaji Rp.300.000  perbulan, maka ia akan  rata-rata memegang uangnya sebesar Rp.150.000.[19]

Mdt = f(Y)
Dimana :
Mdt     = motif transaksi
Y         = Pendapatan
Jadi seberapa besar atau kecilnya orang memegang uang tergantung dari pendapatannya.

2.     Motif berjaga-jaga (Precautionary Motive)
Orang biasanya berjaga-jaga karena tidak tahu pasti peristiwa apa yang akan menimpanya di masa depan. Orang akan lebih siap untuk menghadapi hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya bila mempunyai uang. Misalnya, kecelakaan lalu lintas, kebakaran dan lain-lain.
Untuk membiayai peristiwa yang tidak terduga tersebut, diperlukan tabungan. Selain itu, orang juga berpikir akan mendapatkan banyak keuntungan dari menyimpan uang atau tabungan, karena sifat uang itu likuid, yaitu mudah ditukarkan dengan barang-barang lain dan dapat dipergunakan setiap saat.
Semakin banyak uang yang dipegang individu, maka semakin sedikit ia akan menderita beban likuiditas (yaitu, tidak memiliki uang yang segera tersedia). Namun semakin banyak uang yang dipegang, maka semakin banyak bunga yang dilepas. Sebaliknya di Negara maju, kartu kredit, kartu debet dan smart card telah menurunkan permintaan untuk berjaga-jaga.[20]
Banyak sedikitnya permintaan uang untuk berjaga-jaga juga ditentukan  oleh pendapatan. Semakin tinggi pendapatan, maka semakin banyak uang yang diperlukan untuk berjaga-jaga.


Hal ini digambarkan dalam kurva berikut:

 











Dimana dapat dituliskan kedalam rumus sebagai berikut :

M1      = Mdt  + Mdp
M1      = f(Y)
Dimana :
 Mdt     = Motif transaksi
Mdp    = Motif jaga-jaga
Y         = Pendapatan

3.     Motif spekulasi (speculative motive)
Motif spekulasi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan mengetahui secara baik situasi pasar yang akan terjadi di masa yang akan datang. Keuntungan itu akan diperoleh, jika yang diramalkan itu benar-benar terjadi.
Banyak sedikitnya permintaan uang yang digunakan untuk spekulasi ditentukan oleh suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin sedikit permintaan uang yang digunakan untuk spekulasi, karena suku bunga yang tinggi menyebabkan orang lebih tertarik menabung di bank dibandingkan berspekulasi. Dan sebaliknya, semakin rendah suku bunga, semakin banyak permintaan uang yang digunakan untuk spekulasi.
m2 = g (i)
Dimana :
m2       = Permintaan uang untuk spekulasi
i           = Suku bunga

Permintaan uang berkaitan dengan motif orang untuk melakukan spekulasi yang bisa memberikan keuntungan. Disini masyarakat ada 2 pilihan dalam memegang kekayaannya (2 alternatif) yaitu uang kas dan obligasi. Masing-masing bentuk memberikan kemudahan dan keuntungannya sendiri-sendiri, uang kas memberikan keuntungan kemudahan likuiditas untuk kepentingan transaksi ekonomi sedangkan obligasi memberikan keuntungan pendapatan bunga




 
 





BAB III
KESIMPULAN


A.    KESIMPULAN
Keynes menyatakan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan makin besar keinginan uang kas untuk transaksi.
Ketidakpastian dimasa yang akan datang menyebabkan orang memegang uang tunai lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk transaksi. Menurut Keynes, antisipasi terhadap pengeluaran yang direncanakan dan yang tidak direncanakan menyebabkan seseorang akan memegang uang tunai lebih besar dari yang dibutuhkan untuk tujuan transaksi, yaitu untuk tujuan berjaga-jaga. Menurutnya jumlah uang yang dipegang untuk tujuan berjaga-jaga ini tergantung dari besarnya pendapatan, semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula uang yang dipegang untuk tujuan berjaga-jaga.
Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang melebihi untuk keperluan transaksi, karena keinginan untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk yang paling lancar (uang kas). Uang kas yang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kakayaan (store if value). Istilah yang lebih modern disebut dengan permintaan uang untuk penimbun kekayaan.
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes ditentukan oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk motif spekulasi. Alasannya, pertama apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas makin besar, sehingga keinginan masyarakat akan uang kas semakin kecil. Kedua, hipotesa Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal berdasar pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi.




DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, 2007
Boediono. Pengantar Ilmu Ekonomi: Ekonomi Moneter. Yogyakarta: 1985
Bruce Galssburner dan Aditiawan Chanda, Teori dan kebijakan Ekonomi Makro, Cet.III. LP3ES. Jakarta, 1983

Iswardono Sardjono, Uang dan Bank, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1983
Mohammad Yasin, Ekonomi: Ganeca Exact, Jakarta, 2007
N.Gregrory Mankiw. Principle of Economics; Pengantar Ekonomi Makro, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Nurul Huda dkk. Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis, Kencana, Jakarta. 2008
Prathama Rahardja, Uang & Perbankkan, PT Rineka Cipta, Jakarta 1997
Rudiger Dornbusch. Macroeconomic. Terj. Roy Indra Mirazudin. Makroekonomi. Edisi.10. PT Media Global Edukasi. Jakarta. 2008

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar, Edisi 3, Raja Grafindo, Jakarta. 2006





[1]Iswardono Sardjono, Uang dan Bank, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1983. Hal. 1
[2]Mohammad Yasin, Ekonomi: Ganeca Exact, Jakarta, 2007. Hal. 2
[3]Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar, Edisi 3, Raja Grafindo, Jakarta. 2006, Hal. 267-270.
[4] Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, 2007, Hal 45
[5] Prathama Rahardja, Uang & Perbankkan, PT Rineka Cipta, 1997, Jakarta, Hal 7
[6] N.Gregrory Mankiw. Principle of Economics; Pengantar Ekonomi Makro, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Hal. 169-170
[7] Bruce Galssburner dan Aditiawan Chanda, Teori dan kebijakan Ekonomi Makro, Cet.III. LP3ES. Jakarta, 1983. Hal. 93
[8] Nurul Huda dkk. Ekonomi Makro Islam; Pendekatan Teoritis, Kencana, Jakarta. 2008. Hal.81
[10] Nurul Huda dkk. Ekonomi Makro….Hal. 81
[11] Ibid. Hal 82
[12] Boediono. Pengantar Ilmu Ekonomi: Ekonomi Moneter. (Yogyakarta: 1985). Hal: 20
[13] Nurul Huda dkk. Ekonomi Makro….Hal. 82
[14] Nurul Huda dkk. Ekonomi Makro….Hal. 83
[15] Ibid
[16] Boediono. Pengantar….. 26
[17] Rudiger Dornbusch. macroeconomic. Terj. Roy Indra Mirazudin. Makroekonomi. Edisi.10. PT Media Global Edukasi. Jakarta. 2008. Hal. 375
[18] Nurul Huda dkk. Ekonomi Makro….Hal. 83
[19] Rudiger Dornbusch. macroeconomic… Hal. 376
[20] Ibid. Hal. 377

1 comment:

  1. Bagaimana teori Permintaan Uang Klasik, dan apa yang menjadi fokus dari teori ini?
    Apa yang dijelaskan oleh Teori Irving Fisher tentang permintaan uang, dan apa hubungannya dengan identitas MV = PT?
    Regard Telkom University

    ReplyDelete