RESUME
Mata Kuliah : Metodologi
Kajian Islam
Nama : Zainal
Abidin
ILMU
PENGETAHUAN DAN
BERPIKIR ILMIAH
Ilmu Pengetahuan Ilmiah adalah
ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita
yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan
Metode Ilmiah.
Contoh:
Kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu
(objek/lapangan), yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan
penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan
sebab-sebab hal / kejadian itu.
Dalam
mempelajari dan memahami sebuah ilmu maka perlu terlebih dahulu kita mengenal
dan memahami dengan baik objeknya. Hakikat ilmu, berarti intisari, dasar atau kenyataan yang sesungguhnya atau sebenarnya
dari sesuatu yang bernama ilmu. Ketika kita belajar Pelajaran: Pendidikan
Bahasa, Matematika dan Statistika kita hanya terfokus kepada yang bersifat
teknis, tetapi jarang kita melihat dan lupa memahami kaitan ketiga bidang ilmu
tersebut, dan bahkan kita gagal dalam meletakkan ketiga pengetahuan tersebut
dalam kerangka keilmuan secara keseluruhan. Kegagalan itu menyebabkan munculnya
“tirani ketidaktahuan”. Seperti meletakkan hasil analisis statistika sebagai
pemberi kata akhir dari upaya keilmuan untuk menemukan kebenaran.
Sering ditemukan para peneliti menyimpulkan hasil
penelitiannya semata-mata kepada
proses atau hujah dari pengetahuan atau bukti yang
ditemukan dari hasil penelitiannya. Dikarena tirani ketidaktahuan tersebut,
memaksa seseorang untuk percaya kepada kebenaran atas dasar kesimpulan
tersebut, sehingga kajian/penelitian tersebut yang bersifat ilmiah rasional
berkembang dan berubah menjadi rsionalisasi.
Dalam meletakkan ilmu dalam perspektif yang sebenarnya maka
pengetahuan mengenai hakikat merupakan suatu keharusan yang mutlak perlu.
RUANG
LINGKUP HAKIKAT ILMU
Hakikat adalah wujud dari sifat, ciri dan fungsi wujud
tersebut. Hakikat terbagi kepada dua:
1.
Hakikat Internal yaitu melihat kedalam perwujudan itu
sendiri, memilah-milah bagiannya dan menemukan keberadaan wujud tersebut.
2.
Hakikat Eksternal yaitu melatakkan keberadaan suatu wujud
kedalam jalinan wujud yang lain.
KEGIATAN BERPIKIR ILMIAH
Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.
Sedangkan Ilmiah yakni bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan,
memenuhi syarat kaidah ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah berpikir
rasional dan berpikir empiris. Bersifat ilmiah apabila ia mengandung kebenaran
secara objektif, karena didukung oleh informasi yang telah teruji kebenarannya
dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan analisa yang tajam.
Berpikir rasional adalah berpikir menggunakan dan mengandalkan otak atau rasio
atau akal budi manusia sedangkan berpikir empiris berpikir dengan melihat
realitas empiris, bukti nyata atau fakta nyata yang terjadi di lingkungan yang
ada melalui panca indera manusia.
Ciri-ciri Berpikir Ilmiah
a)
Pendapat atau tindakannya melalui penelitian
b)
Pendapatnya sesuai kebenaran
c)
Terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan
hasilnya
d)
Tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar
pendapat
Manfaat
Berfikir Ilmiah
a)
Seseorang yang selalu berpikir ilmiah tidak
akan mudah percaya terhadap sesuatu
b)
Pendapatnya akan dapat dipercaya dan diterima
orang lain
c)
Dalam memecahkan masalah tidak dengan emosi.
Komponen-Komponen
Berpikir Ilmiah
Pengertian
Kerangka Berpikir adalah penjelasan sementara terhadap
suatu gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka berpikir iini
disusun dengan berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang
relevan atau terkait. Kerangka berpikir ini merupakan suatu argumentasi kita
dalam merumuskan hipotesis. Dalam merumuskan suatu hipotesis, argumentasi
kerangka berpikir menggunakan logika deduktif (untuk metode kuantitatif) dengan
memakai pengetahuan ilmiah sebagai premis premis dasarnya.
Kerangka
berpikir ini merupakan buatan kita sendiri, bukan dari buatan orang lain. Dalam
hal ini, bagaimana cara kita berargumentasi dalam merumuskan hipotesis.
Argumentasi itu harus membangun kerangka berpikir sering timbul kecenderungan
bahwa pernyataan-pernyataan yang disusun tidak merujuk kepada sumber keputusan,
hal ini disebabkan karena sudah habis dipakai dalam menyusun kerangka teoritis.
Dalam hal menyusun suatu kerangka berpikir, sangat diperlukan argumentasi
ilmiah yang dipilih dari teori-teori yang relevan atau saling terkait. Agar
argumentasi kita diterima oleh sesama ilmuwan, kerangka berpikir harus disusun
secara logis dan sistematis.
Kerangka berpikir yang meyakinkan hendaklah
memenuhi kriteria kriteria sebagai berikut.
1.
Teori yang digunakan dalam berargumentasi
hendaknya dikuasai sepenuhnya serta mengikuti perkembangan teori yang muktahir.
2.
Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan
yang diarahkan kepada cara berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan
tersebut harus disebutkan secara tersurat semua asumsi, prinsip atau postulat
yang mendasarinya.
Penyusunan kerangka berpikir dengan
menggunakan argumentasi-argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan ini
akhirnya melahirkan suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut yang menjadi rumusan
hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan masalah penelitian kita.
Beberapa kesalahan umum dalam menggunakan landasan teori, yaitu :
1.
Peneliti melakukan pengkajian ulang secara
tergesa-gesa terhadap kepustakaan semenjak dimulainya proses penelitian.
Hasil-hasil yang diperoleh ini mengabaikan semua studi-studi sebelumnya yang
telah dikembangkan penelitiannya.
2.
Peneliti terlalu mengandalkan sumber-sumber
data sekunder.
3.
Peneliti hanya memusatkan perhatian kepada
penemuan-penemuan penelitian yang dibacanya di dalam artikel penelitian atau
jurnal penelitian, sehingga menghiraukan informasi berharga. Contohnya :
metode-metode pengukurannya dan sebagainya.
4.
Peneliti mengabaikan hasil hasil penelitian
maupun teori teori yang terdapat dalam suarat kabar atau majalah populer.
5.
Gagal menetapkan batas batas masalah dalam
menerapkan penggunaan kepustakaan.
6.
Mencatat data biografi yang tidak benar dan
tidak dapat dipakai sebagai referensi yang sebenarnya dibutuhkan.
7.
Terlalu banyak mencatat bahan bahan bacaan yang
sebenarnya tidak relevan dengan masalah yang diteliti. Peneliti belum dapat
memilih yang mana informasi dibutuhkan dan yang mana tidak dibutuhkan.
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI KALANGAN MUSLIM
Kemorosotan metode penyelidikan induktif merupakan factor
terpenting dan terkuat terhadap kerutuhan kaum muslim dikarenakan metode induktif
terdapat beberapa factor penting yaitu :
1.
Metode induktif lebih dapat menemukan kenyataan
yang kompleks yang terdapat dalam data.
2.
Metode induktif lebih dapat membuat hubungan
antara peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan dipertimbangkan.
3.
Metode induktif lebih dapat memberikan latar
secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya
pengalihan kepada latar lainnya.
4.
Metode induktif lebih dapat menemukan pengaruh
bersama yang mempertajam hubungan-hubungan.
5.
Metode deduktif memperhitungkan nilai-nilai
secara eksplisit sebagai bagian dari setuktur analitik.
Al-Qur’an sangat menekankan kepada kaum Muslim
untuk selalu merenungkan tentang gejala-gejala dan hukum Alam, seperti :“Apakah
mereka tidak melihat bagaimana awan itu diciptakan? Dan Langit bagaimana itu di
tinggikan? Dan gunung bagaimana ditegakkan? Dan Bumi bagaimana dibentangkan?
Dan lagi sesungguhnya dalam terciptanya langit dan bumi, dan silih berganti
siang dan malam adalah pertanda bagi mereka yang berakal.
Al-Qur’an mendorong kaum yang beriman untuk
meneliti tentang Alam, merenungkan dengan menggunakan akal budi sebaik mungkin,
dan berusaha memperoloeh ilmu pengetahuan dan pemahaman ilmiah sebagai bagian
dari hidup masyarakat.
Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib bagi umat
muslim, dan dalam mencari ilmu pengetauan tidaklah
terbatas pada usia karena semboyannya “Menuntut Ilmu dari Ayunan sampai keliang
lahat”
Sejarah
perkembangan intelektual muslim pada masa yang disebut Harun Nasution sebagai
periode klasik (650-1250) yang merupakan zaman kemajuan di masa inilah
berkembangnya dan munculnya ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun
non agama dan kebudayaan islam. Zaman inilah yang menghasilkan ulama besar
seperti Imam Malik, Imam Hanafi, Imam as-Syafi’i dan Imam Ibnu Hambal dalam
bidang hukum, teologi, Zunnunal-Misri, Abu Yzaud al-Butami, dan Al-Hallaj dalam mistimisme atau tasawuf, al-Kindi,
al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Maskawaih dalam filsafat, Ibnu Hasyim, Ibnu
Khawarizmi, al-Mas’udi dan Rzai dalam bidang pengetahuan.
Pada
masa kejayaan ini perkembangan intelektual muslim mencapai puncaknya sehingga
cenderung memmbentuk pemikiran bebas (rasionalisme) sebagaimana dikembangkan
oleh aliran Mu’tazilah. Keadaan ini menimbulkan pertentangan dan kecemasan
dikalangan sebagian kaum intelektual muslim. Ketika itu muncul al-Ghazali
(1059-1111) menentang pemikiran bebas itu. Al-Ghazali lebih lanjut
mengembangkan mistisisme dan tasawuf. Menurut Hitti mistisisme muslim mewakili
suatu reaksi intelektualisme serta formalisme yang berkembang waktu itu.
Sampai
sekarang diakui bahwa periode sejarah peradaban Islam serta pendidikan yang
paling cemerlang terjadi pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah di Baghdad (750-1285
M) dan Daulah Umayyah di Spanyol (711-1492 M). Pada masa periode ini segala
potensi yang tergantung dalam kebudayaan yang didasari nilai-nilai Islam mulai
bergerak secara perlahan namun strategis. Selain terjadi kemajuan di bidang sosioekonomik terjadi kemajuan dibidang
intelektual. Kemajuan intelektual tersebut ditunjang oleh kemajuan pendidikan
baik institusi, infrastruktur maupun kemajuan sains dan obyek-obyek studinya.
Banyak ilmuan muslim yang bergerak dalam dunia pendidikan
yang berbeda-beda dan memiliki keragaman keilmuan masing-masing dan
penerapannya. Pada masa Al-Biruni atau Abu
Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni, ilmuwan besar ini dilahirkan pada 362 H
atau bulan September 973 M, di desa Khath yang merupakan ibu kota kerajaan
Khawarizm, Turkmenistan (kini kota Kiva, wilayah Uzbekistan). Ia lebih dikenal
dengan nama Al-Biruni. Dan pada
masa Al-Haytham atau Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham (Basra,965-Kairo 1039), dikenal dalam
kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen,
adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika,
geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan
mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti
Roger Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop juga kamera
obscura.
Setelah masa Al-Biruni dan Al-Haytham ilmu pengetahuan
didunia muslim mulai memudar hal itu disebabkan oleh faktor intern yaitu pertama
terasingnya usaha-usaha ilmiah kaum muslim. Kedua kehilangan gairah kaum
muslim untuk mengadakan pebaharuan. Faktor lain yang terbesar terjadi pada abad
ke-11 yaitu terjadinya pertikaian politik yaitu kelompok pendukung sufisme
menekan segi-segi kerohanian dan tidak dapat menerima pembaharuan dan semua
pintu ijtihad tertutup dan suasanan inilah yang menyebabkan Pendidikan kaum
muslim memasuki liang kuburnya.
Pada era klasik para ilmuan Muslim banyak menyumbang dan
melakukan pengabdian terhadap ilmu pengetahuan. Dunia mengakui bahwa mereka
berhutang terhadap ilmuan muslim tersebut walaupun ada kekurang dikalangan para
ilmuan muslim terhadap ilmu pengetahuan yaitu tidak adanya teori ilmu
pengetahuan atau logika metologi ilmiah. Walaupun tidak ada upaya Ilmuan muslim
untuk menemukan hakekat ilmu pengetahuan, namun apa bila dikumpulkan dan
diteliti secara seksama dan teliti dapat menghasilkan semacam dasar teoritis
untuk usaha ilmiah yang mereka lakukan itu.
Kekurangan tersebut tidak bisa dianggap sebagai cacat, karena
dimanapun orang pertama-tama mulai bekerja dan baru kemudian mengadakan
renungan tentang hakekat tersebut. Karena pada waktu itu para ilmuan muslim
sibuk dengan penemuan baru sehingga tidak mempunyai waktu melakukan perunangan
atas kegiatan mereka sendiri.
Umat muslim berkewajiban untuk mengembangkan mentalitas yang
sesuai dengan perkembangan dan kesinambungan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
merupakan studi yang objektif dan netral tentang alam, dan menghendaki sebuah
komunitas peneliti yang selalu ingin mencari kebenaran, yang sempurna, tanpa
memandang kasta, keyakinan atau warna kulit. Ilmu pengetahuan tidak dapat
berkembang subur dalam suasana yang diliputi takhayul, pemikiran irasional dan obskurantisme. Jikalau
keyakinan agama yang dimiliki menghambat perkembangan semangat ilmiah, ilmu
pengetahuan tidak mungkin dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
Seperti yang dikatakan kaum positive logis yaitu pernyataan
ilmiah harus dapat diuji dan kaum ilmiah tidak muncul kecuali anggotanya
menuntut adanya bukti sebelum menolak dan menerima suatu pernyataan.
Dewasa ini, dunia Islam adalah pemakai dan bukan penghasil
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain dunia Islam mengekspor bahan
mentah dan mengimpor barang jadi.
Pendapat
Para Tokoh-tokoh Tentang Penyelidikan Ilmiah
1.
John Ziman : Penyelidikan ilmiah dimulai dengan pengamatan
percobaan dan terakhir dengan generalisasi yang bersifat problematic dan tidak
dapat dengan begitu saja menyatakan bahwa masalahnya sudah selesai dan tidak
boleh diganggu gugat dan kegiatan ilmiah bukanlah urusan pribadi atau khusus
melainkan urusan bersama yang artinya bahwa semua orang baik perempuan maupun
laki-laki yang tertarik kepada
penyelidikan ilmiah dapat berpartisipasi dengan kawan sederajat.
2.
Irving Copi dalam buku Introduction to Logik bahwa
Kegiatan ilmiah disamakan dengan cara menyamakan dengan kegiatan seperti
seorang detektif yang berusaha mencapai tujuannya, bagaimana menguji
hipotesisnya itu dan bagaimana ia memanfaatkan setiap fakta baru yang muncul
selama penyelidikannya. Begitu juga dengan peneliti/ilmuwan yang mempunyai
tujuan yang hendak dicapai setahap demi setahap: menyusun hipotesis, mengujinya
satu persatu dan menolak hipotesis yang tidak didukung oleh fakta yang sudah
ditetapkan melalui pengamatan dan percobaan. Dalam hal melakukan kegiatan
tersebut sudah pasti akan mendapatkan kesulitan, namun harus dilakukan dengan
berusaha secara tekun dan sabar.
3.
Bronowski : Ilmu pengetahuan yang terjadi di Eropa seperti
sebuah gerakan yang beranjak dari kegelapan hingga mencapai puncak kejayaan.
Bahkan orang awampun terkesan dengan kemajuan dan kejayaan ilmu pengetahuan dan
mereka menyambutnya dengan gembira dan hal ini sangat membantu membentuk alam
pikiran ilmiah sehingga terbentuk juga masyarakat ilmiah.
4.
John Dewey : Tahapan yang harus dimulai dari sebuah karya
ilmiah yaitu dengan penjelasan dan uraian tentang suatu masalah, kemudian
melewati hipotesis yang harus diuji dan dibuktikan kebenarannya.
5.
Charles Sanders Peirce : Dalam bidang ilmu pengetahuan dan
filsafat yang terdapat banyak permasalahan dapat diselesaikan dengan apabila
gagasan pendukung diperjelas dan keragu-raguan serta kekaburannya dihilangkan.
Sebuah teori ilmiah beranjak dari beberapa dalil yang
bersifat a priori dan dari sinilah ditarik keseimpulan dengan
menggunakan logika deduktif. Dan kesimpulan ini harus ditetapkan. Seperti
halnya teori Einstein tentang Relativitas yang mempunyai kesimpulan dan dapat
dibuktikan pada waktu gerhana matahari dan teorinya dikukuhkan dan diterima
oleh komunitas ilmiah. Kesimpulan yang diambil dari teori pada dasarnya seperti
ramalan, jikalau ramalan itu benar maka teori tersebut dapat dipertahankan
sampai ada fakta baru yang dapat menggugatnya. “Tidak ada Teori Yang Keramat”.
Ketika dilakukan percobaan dan pengamatan ternyata bertentangan dengan teori,
maka teori yang bersangkutan harus dirubah dan jika pertentangan itu bersifat
mendasar maka teori tersebut harus ditolah seluruhnya.